Pertokoan Angker
MyMisteri Leony Li - Bangunan itu didirikan di puncak pertokoan. Rencananya untuk tempat tinggal keluarga. Tapi karena pertimbangan yang tidak jelas, akhirnya ruangan besar itu dibiarkan kosong sampai beberapa tahun, sehingga terasa lembab dan sering menunjukkan gejala setanoaktif.
Beberapa bulan lalu, orang yang menempati pertokoan sering mendengar suara-suara dari lantai puncak. Kadang, orang melihat berkelebatnya bayangan manusia di ruang kosong itu. Tapi semua yakin bahwa, lokasi tersebut tidak ada penghuninya, sampai suatu saat, seorang petugas jaga memeriksa ruangan itu untuk membuktikan bahwa rumah itu benar-benar tidak berpenghuni.
Tentang keanehan yang berturut-turut, aku menduga, bangunan itu dulu pernah dipakai untuk pemakaman, sehingga untuk pengamanan, dari rumah kucoba untuk membaca doa pembersihan. Bertepatan dengan berdentangnya jam 12:00 malam, kumulai untuk berdoa dengan khusyuk sambil membayangkan (upaya mendatangi lokasi dari kejauhan) rumah kosong itu.
Setelah tenang, "Ya Allah, peganglah arwah di rumah itu, letakkanlah di tempat yang layak sesuai amal dan bebannya, bersihkanlah ruang itu dari makhluk ciptaanMu agar dapat ditempati insan paling sempurna yang Kau turunkan ke bumi", awal doaku untuk 'mengusir' rijal gaib yang kupandang tidak layak di rumah kosong.
Tapi apa yang terjadi? Sepertinya ratusan burung beterbangan di sekelilingku. Kepak sayapnya terasa seperti angin menerpa tubuhku yang duduk bersila menghadap kiblat. Lantas, bayangan itu bertumpuk-tumpuk sebagaimana benda maya yang tidak mengenal ruang. Satu di antaranya membentuk sosok wanita muda, tidak begitu cantik tetapi kesederhanaannya menunjukkan bahwa, ia bukan arwah.
Sepertinya ia mengucapkan kata-kata tetapi aku tidak dapat menangkap artinya. Beberapa detik setelah kucoba meningkatkan nuansa batin, barulah aku dapat menggenggam maknanya. Gadis itu menyatakan, ia lebih dulu bertempat tinggal di lokasi yang sekarang sarat bangunan. Jadi, ketika dibuatkan perkampungan di puncak pertokoan, dengan gratis mereka menempatinya dan tampaklah, ruang kosong itu sebagai perkampungan bunian.
Begitu tahu kualitasnya, aku mulai menjauh dengan janji tidak akan mengganggu mereka. "Silakan hidup dengan tenang. Nanti, kalau ada waktu, akan kubuatkan kampung yang lebih indah dari kampungmu sekarang. Tapi, kalian jangan keluar dari kampung baru itu", konfirmasiku dengan rencana, mengusulkan kepada pemilik rumah itu untuk membangun sebuah monumen kecil di sudut ruangan yang bagi orang bunian.
pojok ruang itu sama halnya dengan kampung yang lebih besar dan indah ketimbang ruang yang terkesan sebagai gudang terbengkelai itu. Cuma kapan pelaksanaannya, tentu tergantung pemiliknya. Kalau ingin aman, segera harus dibenahi sebelum penghuni yang akhir-akhir ini mulai melebarkan sayap itu tidak membahayakan manusia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Pertokoan Angker"