Enam Tahun Keluargaku Melawan Santet
MyMisteri Leony Li - Sebutlah namaku Bagas, itu adalah nama yang diberikan oleh seseorang yang sudahku anggap kakekku sendiri, aku tinggal bersama keluargaku di sebuah komplek militer.
Di salah satu kota di jawa barat, aku adalah anak pertama dan satu-satunya dikeluarga kami, sedari kecil kedua orang tuaku mengajariku hidup mandiri, dan akupun menjalani hidup yang tidak mudah.
Kaerena ayahku adalah seorang prajurit, dan akupun sering di tinggal oleh beliau apabila sedang mendapat tugas dari negara, sedang ibuku adalah seorang guru honorer yang gajinya pun tidak seberapa, saking susahnya kehidupan kami, kunci rumahku adalah ujung garpu. Memang kala itu pangkat seorang prajurit terbilang cepat namun dengan gaji yang pas-pasan pula sehingga belum bisa mencukupi kebutuhan keluargaku.
Ada sebuah kisah unik yang masih aku ingat sampai sekarang ketika aku masih duduk di bangku SD, ada seorang tetanggaku berkata "nak kamu kok kecil-kecil sudah puasa mutih," lantas akupun tersenyum dan menjelaskan bahwa aku tidak punya uang untuk membeli lauk-pauk.
Lambat laun akhirnya keberuntungan menghampiri keluarga kami, berawal dari sebuah tawaran dari salah seorang tetangga kami yang memang dekat dengan keluar kami yang menawarkan untuk pindah dan menempati rumah mereka, orangtuaku pun menyambut dengan gembira dan tidak menyi-nyiakan kesempatan tersebut.
Walaupun uang kami kurang, namun alhamdulilah mereka tetap mau menerimanya, sedang sisa uangnya bisa dicicil, syukur alhamdulilah selain rumah baru yang kami tempati itu lebih nyaman dan lebih besar tentunya serta fasilitasnya pun lebih baik dari rumah kami yang sebelumnya.
Di rumah baru kami aura keberuntungan begitu kental terasa, sehingga sedikit demi sedikit kami sekeluarga mulai mampu menta perekonomian kami seiring dengan membaiknya pula perekonomian di negeri ini. Akhirnya kami memiliki modal yang cukup untuk membuka tempat usaha, berawal dari kios kecil-kecilan, berkembang menjadi sebuah toko yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok.
Sehingga kami dapat meraup keuntungan yang besar, dan kami pun dapat membeli moto dan sebuah mobil yang lumayan bagus. Tiada kata terucap selain syukur alhamdulilah puji syukur kehadirat allah SWT. Yang telah memberikan karunianya yang besar kepada keluarga kami ini.
Namun allah menguji kami, sampai akhirnya cobaan itu datang menghampiri keluarga kami, berawal dari ayahku yang tiba-tiba saja menderita penyakit yang bisa dibilang aneh dan mungkin tidak ada dalam dunia medis. Ayahku tiba-tiba saja merintih kesakitan pada bagian kepalanya, setelah kami cek-up kedokter pun anehnya dokter tidak menemukan suatu gejala penyakit.
Namun disarankan untuk banyak beristirahat dan minum obat sesuai anjuran dokter, mungkin hasil diagnosa menyebutkan ayahku hanya mengalami stress ringan. Namun ibuku merasa ada suatu hal yang tidak beres dan janggal dengan penyakit ayahku itu, dikarenakan penyakit ayahku semakin menjadi-jadi saja dari hari ke hari.
Bayangkan saja keringat mengucur deras dari kepala ayahku sampai-sampai kain untuk mengelap keringat ayahku bisa diperas dan memenuhi satu ember kecil, aku dan ibuku berpikir mungkin ini ujian dari allah untuk keluarga kami supaya tidak lupa akan NikmatNya.
Namun kita sebagai UmatNya tentu harus berikhtiar dan minta petunjuk DariNya, ibuku dan kawannya mulai mencari kesana kemari obat untuk kesembuhan ayahku mulai dari dokter, paranormal, hingga tabib namun hasilnya tetap saja nihil.
Ada yang aneh lagi sejak ayahku terbaring sakit, rumah baru kami seperti memiliki hawa yang teramat panas sehingga pembawaanya selalu tidak betah di rumah dan yang lebih aneh lagi ruang tamu kami apabila subuh selalu berantakan padahal di rumah kami tidak ada tikusnya.
Dan semenjak kejadian yang menimpa keluarga kami banyak diantara tetangga kami yang sepertinya enggan bersosialisasi dengan kami bahkan ada rumor yang beredar bahwa kami memiliki pesugihan atau apalah namanya yang datangnya entah dari mana. Kami pun tidak terlalu ambil pusing dengan beredarnya rumor tersebut, yang terpenting adalah kami hanya percaya akan segala kekuasaanNya.
Dan hanya allah jugalah yang Maha tahu siapa yang benar, sampai suatu ketika ayahku teman kantor ibuku mengajak ke rumah seorang pinisepuh yang rumahnya berada di suatu kebupaten di jawa barat.
Setelah berbasa-basi sebentar, ibuku menceritakan semua masalahnya dan menceritakan semua masalahnya dan menceritakan tetang keadaan keluarga kami. Khususnya keadaan ayahku yang waktu terbaring lemah tak berdaya, akhirnya setelah dari kediaman beliau, dan bebekal air serta menyan yang di ambil langsung dari pohonnya serta telah di beri doa-doa khusus.
Ibuku lantas bergegas dan pulang untuk memberikanya kepada ayahku. Ayahku yang sedang terbaring lemah itu seketika sadar. Dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa terhadap ayahku.
Beliau sehat seperti sedia kala, sambil berurai air mata ibuku mengucap syukur alhamdulilah sembari memeluk ayahku, akupun terharu dan tidak kuat menahan air mata ini. Setelah itu ibuku mengajakku ke ruang tamu, setengah berbisik beliau berkata "nak ayahmu kena santet".
Aku pun tersentak kaget dan seolah tak mempecayai kenyataan tesebut, di karenakan aku yang pada saat itu masih amat belia untuk mencernanya secara akal, lagipula kata santet sepengetahuan aku hanya ada di sinetron saja, rupanya adalah sebuah kisah nyata sekaligus pahit untuk keluarga kami alami.
Namun setelah mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada ayahku, aku pun berusaha untuk mempercayainya. Walau tak masuk akal, rupanya kejadian tersebut baru awalnya saja, berbagai kejadian yang lebih aneh lagi datang, kami sekeluarga sering mendengar suara-suara yang entah dari mana asalnya, ada juga pelangganku yang berkata bahwa warung kami terlihat tutup.
Ibuku tentu saja kaget mendengarnya karena toko kami selalu buka dan tidak pernah tutup selama beberapa hari ini. Ibuku bergumam "pantas saja tidak ada yang beli ya nak.." tutur beliau yang sepertinya sudah lelah dengan semua hal ini.
Berbagai benda asing juga sering kami temukan di area rumah kami, mulai dari kembang setaman, air comberan, sampai tanah kuburan. Untuk yang satu itu lebih sering di buang didepan toko kami, sehingga memberi kesan angker dan tak nyaman terlebih lagi banyak dedemit yang sering mampir ke rumah kami dan betah berlama-lama di depan warung kami yang mungkin mirip dengan rumah mereka atau ada yang sengaja mengirim mereka, entahlah.
Ibuku juga tidak terlalu mengambil pusing akan hal tersebut. Yang penting makhluk tersebut tidak mengganggu. Namun tetap saja yang namanya tamu tak di undang dan berlainan alam pastinya memberi efek yang berbeda tentunya dan memberi kesan tidak nyaman bagi para pelanggan kami.
Sehingga kami harus mengusirnya dan memagari tentunya dengan pagar gaib, dulu ada seorang paranormal dengan setengah bercanda berkata kepada ibuku "bu, kok senang memelihara dedemit sih?", ibuku sembari tersenyum kecut bilang bahwa itu adalah ulah seseorang yang yang tidak suka dengan kesuksesan keluarga kami, lalu paranormal itu menawarkan untuk membantu keluarga kami, namun dengan secara halus ibuku menolaknya.
Di karenakan tidak mau banyak melibatkan orang dalam urusan kami. asal tahu saja di komplek kami ini, dulunya adalah sebuah hutan belantara, selain itu banyak tempat angker yang tentunya banyak penghuninya.
Serta mau di ajak berkolaborasi tentang hal duniawi yang dengan manusia yang tersesat imannya, dan juga sudah bukan hal yang aneh apabila warung kami dulunya sebelum di pagar secara gaib, sering kehilanggan beberapa lembar uang yang di lakukan oleh tuyul yang memang sengaja ada yang memeliharanya.
Bahkan, ibuku sering memergoki babi jadi-jadian atau biasa disebut babi ngepet yang apabila babi itu mengesekan tubuhnya maka secara gaib uang yang ada di dalam rumah menjadi sasarannya akan raib secara nisterius, tutur ibuku yang memang memilki indra ke enam itu.
Mungkin saking dongkolnya dengan berbagai kiriman berwujud gaib tersebut ibuku berkata "Nak, ibu heran tuh sama orang yang telah buat kita kayak gini, terus uangnya dapat dari mana ya? masa dalam sebulan sudah lebih dari enam dia ngasih (kiriman)?" akupun tidak bisa berkomentar apa-apa selain hanya menyuruh ibuku untuk bersabar walau sebenarnya kesabaran kami semua sudah melebihi batas.
Menurut pandangan bahtin ibuku memang benar apa yang barusan paranormal itu katakan, ibuku memang memliki indra ke enam setelah beliau mengalami mati suri waktu jaman SMA, dan penyebabnya karena ada yang menumbalkan ibuku.
Namun akhirnya nyawanya dapat tertolong berkat salah seorang tetangganya yang memiliki kemampuan linuwih dan lucunya masih menurut ibuku nyawa beliau dapat tertolong setelah di paksa memakan es lilin dan sebuah pisang sungguh aneh memang namun itulah kenyataanya, dan sepertinya kata -Santet- sepertinya sudah tidak asing bagi keluarga ibuku.
Kami pun berkali-kali mendapat teror selama bertahun-tahun, dan yang sering kena adalah ayahku, sedang aku alhamdulilah tidak pernah kena dan semoga saja tidak akan. Namun ibuku pernah mengalaminya sekali, pada bagian lengan kanannya terasa ngilu, rupanya setelah di obati di temukan puluhan jarum. Pelet pun pernah mengenai beliau, yang secara sengaja dikirimkan oleh seorang juniornya, yang pernah jatuh hati pada ibuku tapi akhirnya ayahkulah yang mendapat cinta ibuku.
Bisa di bilang ibuku adalah kembang desa pada waktu itu, bayangkan saja sekarang beliau sudah berumur 46 tahun namun nampak seperti umur 25/30 tahun. Menurut sesepuh yang kini menjadi guru kami berdua ini, hal itu di karenakan ibuku masih keturunan dari Panembahan Senopati danang sutawijaya, dan menurunkan seorang keturunanya seorang kuwu yang bernama mbah kuwu Tondonegoro yang sekarang pusaranya berada di Magetan, jawa timur. Yang merupakan kakek buyut dari ibuku dan sekarang selalu mendampingi ibuku kemana pun beliau pergi.
Ibuku juga didampingi pula oleh mbah joyo pelet, yang merupakan kakek dari pihak ibu. Setelah para karuhun dari pihak ibu menjaga beliau, lambat laun keadaan jadi berubah, dan dengan asma pamalik, sebut saja begitu yang diajarkan oleh guruku, mampu membalikan serangan pelet yang sengaja dilancarkan oleh junior ibuku itu dan berbalik menyerangnya sehingga dia menjadi stress, menurut beliau orang itu sekarang adalah seorang anggota polisi berpangkat perwira dan berdinas di jakarta.
Memang menurut akal sehat kita hal yang di alami keluarga kami memang tidak masuk akal namun itulah kenyataan yang kami hadapi walau hal itu muskil dan bukan konsumsi akal sehat manusia normal, terlebih ketika berita duka menghampiri keluarga kami, ada sepuluh orang anggota keluarga kami yang berpulang ke HadiratNya.
Menurut pandangan batin ibuku dan guruku dua diantara mereka meninggal secara tidak wajar. Itu disebabkan karena ulah koleganya di kantor mereka, ayahku pun entah untuk ke berapa kalinya terkena lagi, pertama, pada sekujur tubuhnya di pasang secara gaib, berupa harupat atau pasak yang sengaja di pasang oleh pelaku, supaya ayahku apabila mengendarai mobil mengalami kecelakaan. sungguh bejat, makiku saat itu.
Pernah suatu ketika aku pun memiliki niat iblis untuk membalas perbuatan si pelaku, namun langsung di cegah oleh guruku dan ibuku. karena apabila aku melakukan niat jahatku itu maka aku sama halnya dengan pelaku.
Menurut beliau, biarlah azab allah yang membalas apa yang di perbuat oleh si pelaku. Sepengetahuan kami sekeluarga, pelaku penyantetan tiada lain adalah tetanggaku sendiri yang memang sudah dirasuki oleh anak cucu iblis. Dan lebih parahnya lagi dia sering menjadi DKM dan sering menjadi muadzin dimesjid yang berada di lingkungan kami.
Sungguh tak tahu malu seakan perbuatan yang selama ini dia lakukan tidak menuai dosa, demi allah beserta segala keagunganNya, aku tidak berbohong. Apabila aku mengingat kejadian yang dulu pernah kami sekeluarga alami serasa aku mau muntah, apalagi mengingat perbuatannya dan kedok yang selama ini dia kenakan.
"dasar sok alim", makiku. Selepas lulus dari sma, ayahku lagi-lagi terkena santet dan lebih ganas lagu serta lebih sadis dari kejadiansebelumnya, perut ayahku tiba-tiba saja membengkak seperti orang yang hamil tujuh bulan. Setelah melakukan kontempelasi sejenak guruku berujar, "wah cep nu kieu mah kudu geura di ubaran, ieu tah namina santet bareuh beuteung!, lamun teu geura di ubaran cilaka engkena si bapak", kalau dalam bahasa indonesia kurang lebih artinya, "Wah, nak yang begini harus segera di obati, kalau tidak segera di obati bisa berbahaya nantinya", akupun lantas segera mungkin membawa ayahku kerumah guruku yang juga adalah seorang keturunan dari seorang patih dari zaman majapahit itu.
Setelah dilakukan pengobatan pada diri ayahku secara bertahap, di ketemukan sejenis kawat sejenis kawat berduri dan benang lalu pecahan kaca dan masih banyak lagi benda-benda asing yang seharusnya tidak berada dalam perut manusia. Menurut ayahku perutnya serasa terbakar dan amat susah untuk di gerakan.
Dan menurut guruku, santet itu berasal dari daerah pedalaman di jawa barat, mungkin karena kasihan melihat keadaan keluarga kami yang seperti ini para leluhurku, memberikan zimat untuk menjaga diri dari serangan pihak-pihak yang berusaha membinasakan keluarga kami, dan sekarang becokol dua keris gaib yang ada di tubuhku dan lafadz Muhammad di dadaku dan satu mustika pemberian dari ibu Ratu kidul yang kini ada di keningku.
Ibuku juga mendapatkan hal yang serupa, di tambah dengan mustika dari mbah kuwu tondonegoro, ayahkuku pun mendapat juga benda gaib itu, menurut guruku yang juga ikut andil dalam proses memasukan piandel gaib itu, menyarankan supaya memperbanyak ibadah dan memohon selalu perlindunganNya dan tidak terlalu mendewakan piandel tersebut sebab bisa menjerumuskan keimanan kita.
Dan menyarankan untuk selalu mewiridkan kalimah suci "Lailaha illa anta subhanaka inni kungtu minadzalimin", sebanyak tujuh kali sebelum tidur dan membaca Ayatul Qursyi tiga atau tujuh kali, supaya kita selalu dalam lindunganNya.
Beliau juga menyarankan untuk selalu membaca asma pamalik agar kami di jauhkan dari segala macam marabahaya. Baik itu berasal dari makhluk gaib ataupun manusia, dan beliau juga berpesan untuk tidak memberi tahukan amalan tersebut kepada orang lain, takutnya nanti di salahkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Memang sungguh luar biasa amalan ini, bayangkan saja, orang yang tadinya benci sekalipun setelah dibacakan asma ini tiba-tiba saja menjadi suka dan iba, serta mampu membalikan santet dan pelet langsung kepada pemiliknya.
Ibuku juga menggunakan asma ini untuk membalikan serangan pelet kepada orang yang dulu memeletnya, dan sekarang ilmu orang tersebut telah hilang dan apabila di gabungkan dengan Salawat Nariyah sebanyak sebelas kali maka namanya berubah menjadi asma jamparing, yang artinya 'panah', yang menurut beliau bisa di pakai memelet orang atau pun lawan jenis yang menjadi sasarannya hanya dalam hitungan menit saja. Pantas saja guruku begitu mewanti-wanti untuk menjaga rahasia ini sampai kapan pun.
Terlebih lagi apabila di lambari dengan asma Syaiful jabar mungkin yang hanya sanggup menetralisir hanya zuriah dan kanjeng nabi saja. Mungkin hal ini yang menyebabkan mengapa sangat berbahaya apabila jatuh ke tangan yang salah. Selain itu beliau menggungkapkan bahwa santet yang selama ini di lancarkan berasal dari berbagai daerah, seperti Banten, cisewu, cidaun, cidamar, cirebon, sampai ujung pandang.
Namun syukur alhamdulilah sampai detik ini kami sekeluarga dalam keadaan baik-baik saja. sedang si penyantet yang tiada lain adalah tetangga kami itu sudah dua kali terserang penyakit malaria, mungkin saja itu salah satu azab allah untuknya di dunia.
Kita tidak menaruh dendam, mungkin karena sudah keseringan. Malah kami berdoa semoga dia mendapat hidayah dariNya, semoga saja kisah nyata perjalanan hidup keluarga kami ini dapat di ambil hikmahnya, dan yakinlah pada diri kita sendiri bahwa segala kemungkaran dan kejahatan baik itu datangnya manusia ataupun makhluk allah yang lain, pasti dapat kita atasi selama kita mau berikhtiar dan selalu minta petunjuk dariNya karena kepadaNyalah kita akan kembali.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Enam Tahun Keluargaku Melawan Santet"